Apa saja rahasia dapur raja? Temukan jawabannya dengan mencoba mencicipi sendiri berbagai menu kegemaran Sultan Yogyakarta di Resto Gadri di Rotowijayan, sisi barat Keraton Yogyakarta.
Ya, sebenarnya lidah raja-raja Jawa juga lidah manusia Jawa biasa yang suka nasi, lombok, dan berbagai minuman wedang. Hanya saja, dengan beberapa resep khusus turun-temurun, ditambah suasana nDalem (rumah pejabat tinggi Jawa) yang khas, membuat masakan kegemaran raja-raja Yogyakarta itu menjadi lebih menggugah rasa.
Tak heran jika menu ”rahasia” dengan suasana khas ini menarik minat berbagai selebritis dunia—seperti Lord Carrington dan juga aktor Steven Seagal, dan pemusik David Bowie—untuk mencicipi selera lidah raja-raja Jawa ini.
”Restoran ini memang satu-satunya yang menyajikan menu-menu kegemaran Sultan Yogya. Resepnya pun dari keraton,” ungkap Bendoro Raden Ayu (BR Ay) Nuraida Joyokusumo, pemilik dan pengelola restoran di pendopo nDalem Joyokusuman seperti ditulis Harian Kompas, 1 Maret 2009 lalu
Karena kegemaran raja, tidak heran jika di balik menu masakan itu juga tersimpan berbagai cerita. Nasi Blawong, misalnya. Menu paling khas raja Yogya—yang hanya disajikan pada saat-saat neton (ulang hari Sultan bertakhta atau ultah kelahiran raja) setiap 35 hari sekali—tentu, ada berbagai kisah di balik sajian ini.
”Sebenarnya Blawong berasal dari kata Belanda, blau. Artinya biru.... Tetapi, lidah Jawa lebih enak melafalkannya dengan blaw, blawong...,” tutur BR Ay Joyokusumo, yang berdarah asli campuran Bugis dan Kalimantan Timur ini pula.
Setiap neton raja, menu khusus itu dihidangkan pada raja—biasa disajikan sore hari—di atas piring biru (blau) yang khusus pula. Piringnya pun mempunyai nama, Kanjeng Kiai (KK) Blau. Sebuah royal dinner, yang didahului dengan sajian salat (salade?) Jawa, timun potong tipis dengan daging dimasak semur, dilumuri mayonaise. Dagingnya berasa perpaduan manis, gurih dan kecut tetapi nikmat.
”Bumbu (nasi Blawong) hanya bumbu rempah, dari sereh, daun salam, berambang (bawang merah), tanpa vetsin... Penyedap hanya tambah gula,” tutur BR Ay Joyokusumo pula.
Atau menu Bistik Edan. Jika umumnya bistik (dari bahasa asing, beef-steak) mestinya daging sapi, lha, di Resto Gadri bistiknya bistik daging ayam. Diberi bumbu khusus, bumbu lombok dan rempah-rempah—maka Anda pun akan mendesis, ”Wah, edan! Pedes....” Ini makanan kesukaan Sultan Hamengku Buwono Ke-8 (memerintah 1921-1939).
Bir Jawa
Tidak lengkap jika tidak Anda teguk pula berbagai jenis minuman wedang (minuman hangat) yang khas kegemaran para Sultan, Royal Secang. Ini merupakan ”menu wajib” para Sultan jika sedang menjamu para tamu khusus mereka.
”Minuman ini biasa disajikan untuk tamu khusus, dari sejak HB I sampai HB X saat ini,” tutur Ny Joyokusumo pula. Juga Bir Jawa—perpaduan minuman jahe dan jeruk limau (lime) kegemaran Sultan HB VIII ketika para tamunya tengah menikmati minuman-minuman beralkohol. Sultan HB VIII, menurut Ny Joyokusumo, dulu memang gemar memasak.
Jangan salah kira ini minuman keras. Bir Jawa adalah minuman khas campuran jahe, kapulaga, cengkeh, masoyi (mirip jahe padat), sereh, kayu secang, dan jeruk limau. Tanpa alkohol sama sekali.
Atau desert, sajian penghabisan dalam sebuah santapan yang khas kegemaran Sultan HB IX, Podeng Kabinet. Dinamakan demikian lantaran ketika itu Sultan HB IX (1940-1988) tengah menjabat menjadi Wakil Presiden RI. Podeng (puding) Kabinet ini di antaranya terdiri dari roti, nanas, kismis, susu dikukus pakai gula, dengan saus warna merah, pakai rum....
Pokoknya masih banyak lagi daftar makanan khas para Sultan Yogyakarta ini. Dalam kesempatan tertentu, pada sore hari nDalem Joyokusuman yang dipakai sebagai Resto Gadri ini juga sering disuguhi tari-tarian ayun-ayun ciptaan Sultan di masa lalu pula.
Anda juga boleh menikmati dan melihat-lihat suasana nDalem, baik di pringgitan (ruang tengah, tempat dulu biasa untuk menikmati wayang dari balik layar), atau melongok ruang tidur dulu tempat kelahiran Sultan HB X yang sekarang ini masih memerintah.
Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Haji Joyokusumo yang anggota DPR ini adalah adik kandung Sultan HB X, putra mendiang Sultan Hamengku Buwono IX. Dan nDalem Joyokusuman, yang sekarang ini dibuka untuk umum tempat Resto Gadri, dari sejak dulu adalah bangunan tempat tinggal ajudan Sultan Yogyakarta, dibangun sejak tahun 1916. Sementara Resto Gadri sendiri didirikan sejak mendiang Sultan HB IX masih hidup, lebih dari 20 tahun silam.